Sang nyonya penjual dengan sigap memasak satu persatu setengah kepala dan badan ikan merah dengan ukuran kira-kita selebar telapak tangan yang disajikan panas-panas. Bumbunya, sawi asin, dan nanas membuat aroma yang mengundang dan rasanya memang istimewa: asam, gurih, pedas, dan manis yang pas. Seorang anggota the B langsung menirukan gaya Bondan ketika mengapresiasi masakan di tivi. Maknyuusss….
Sebenarnya selain wisata kuliner, di Tanjung Pinang ada tujuan wisata yang tidak boleh terlewatkan: Pulau Penyengat di depan pantai Tanjung Pinang. Di pulau yang dapat dicapai dengan pompong (boat kayu kecil bermesin, di daerah lain disebut klotok) hanya sekitar 20 menit, terdapat jejak langkah sejarah dan sastera Melayu yang terpatri dengan baik. Kebanyakan kita tentu pernah mendengar Gurindam 12 karya Raja Ali Haji? Akan tetapi karena semua the B sudah pernah ke sana (tentang ini Insya Allah akan kami tulis sendiri), maka setelah makan, kami langsung ke Teluk Bakau.
Perjalanan sejauh 35 km menempuh daerah rural Bintan yang mempunyai variasi alam dan akulturasi berbagai budaya. Di simpang ke desa Kawal, ada beberapa kedai kopi Cina yang menyajikan kopi, nasi lemak, dan otak-otak yang merupakan sentuhan harmonis antara etnis Melayu dan Cina yang telah turun temurun disitu. Selepas daerah itu, jalan mulai meyusuri pantai yang banyak dihuni para nelayan, tidak hanya yang tradisional tapi juga yang pergi menangkap ikan berminggu-minggu sampai ke Laut Cina Selatan. Jalan makin dekat ke pantai dan keindahannya memang membuat tidak sabar untuk segera bermain di pantai.
Pantai Teluk Bakau sangat landai sehingga sangat dipengaruhi pasang surut. Pada saat pasang, teluk itu jadi semacam kolam biru yang luas sekali dengan bibir pasir yang putih dengan kombinasi pepohonan dengan bongkahan-bongkahan batu granit yang mencuat muka ke bumi. Ditambah dengan lambaian kelapa, kawasan yang indah ini memang pantas jadi tujuan wisata yang pada hari libur, banyak dikunjungi wisatawan mancanegara yang datang via Singapura atau Malaysia. Sebaliknya wisatawan domestik belum banyak yang tahu tentang keindahan dan kenyaman di Bintan Agro Beach Resort and Spa yang ada di depan mata ini. Bayangkan sedapnya ketika dipijat refeksi di pondok tepi pantai sambil ditiup angin semilir dan didendangkan riak ombak lamat-lamat.
Di resort ini juga tersedia berbagai fasilitas rekreasi dan olahraga. Didarat kita bisa bersepeda atau olahraga sepakbola dan volley pantai, disamping kolam renang ukuran sedang. Untuk water sports ada kayak, flying fish, banana boat, kite surfing, dan snorekeling. Khusus yang terakhir ini akan jadi cerita tersendiri.
Siang sampai sore hari pertama kami di Teluk Bakau dihabiskan oleh the B untuk mengeksplore resort itu dan menikmati cycling, kayaking, refleksi atau main bola di pasir. Malamnya kami berenam menikmati "candle light diner" dengan kuliner seafood segar dan lezat yang sudah kami pesan sejak sore. Sebelum beristirahat kami bisa nonton berbagai acara menarik dari tivi Indonesia, Malysia, dan Singapura sambil tak sabar menunggu hari esok untuk pergi ke laut tempat snorekeling.
wow... mantaaaaab
BalasHapusTerimakasih appresiasinya. Ini saya tulis supaya kita lebih mencintai Yang Maha Pencipta keindahan dan juga negeri kita sendiri. Apalagi Bintan tidak jauh dari kita semua.
BalasHapusLiburan yang sangat menyenangkan ya Pak. Fotonya bagus-bagus. Saya sudah berkali-kali ke Pekanbaru, tapi belum pernah sampai ke Tanjung Pinang. Mudah-mudahan ada kesempatan berkunjung kesana suatu saat kelak.
BalasHapusSalam untuk seluruh keluarga.
Terima kasih komennya mbak. Sekali sekali perlu tuh lihat kampung Tuan MAM. Kalau perlu ajak tuh mbak Dyah karena masih ipar abang saya. Wassalam.
BalasHapus