28 Agustus 2008

Tradisi Menyambut Puasa Ramadhan

Posting ini ditulis ketika saya baru saja selesai mengikuti acara syukuran menyambut puasa di kantor. Relatif banyak yang hadir untuk dengar ceramah, bermaaf-maafan, dan ditutup dengan makan siang bersama.

Sebenarnya acara seperti ini entah dari mana asal dan sejak kapan mulai dilakukan. Ia juga bukan suatu adat atau acara ritual serta tidak semua orang teringat dan melakukannya. Namun yang jelas orang Melayu di Riau yang berkonotasi tradisi Islam memang sering saling maaf memaafkan sebelum melakukan puasa Ramadhan. Seingat saya itu juga mulai mentradisi ketika saya mulai dewasa. Entah karena baru mengingatnya atau seiring usia saya masyarakat makin makmur secara luas karena acara ini di"afdhol"kan dengan juadah atau hidangan makan bersama.

Kalau diruntut ke pengajian, kita memang sangat dianjurkan untuk membersihkan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Bersih itu meliputi hati, diri, kemasyarakatan, dan lingkungan alam. Karena itu di Riau dan banyak tempat lain di Sumatera, ada tradisi Petang Belimau yaitu mandi membersihkan dan mewangikan diri pada sore hari menjelang masuk tanggal 1 Ramadhan yang jatuh pada saat matahari terbenam. Limau dipakai karena zaman dulu tentu sangat jarang tersedia wewangian seperti sekarang.

Secara batin, pembersihan diri itu dilakukan dengan saling bermaafan dengan kaum kerabat dan kenalan yang fokus utamanya adalah kepada orangtua atau yang dituakan. Dengan kemajuan alat komunikasi sekarang maka muncul pula kebiasaan untuk mengirimkan permohonan maaf dengan email atau sms karena dirasakan efektif dan efisien. Tentunya tidak diharapkan oleh orangtua kita untuk menerima sungkeman anaknya via SMS!

Sebagaimana di banyak tempat, di Riau juga banyak orang membersihkan kuburan dalam minggu terakhir sebelum puasa. Kebiasaan setahun sekali ini lah yang akhirnya memberi warna pada lokasi kuburan. Yang bahaya jika kegiatan ini melenceng dari manifestasi kecintaan kepada yang telah mendahului kita menjadi ritual meminta maaf kepada yang telah tiada yang mestinya akan lebih tepat jika mendoakannya.

Apapun, kita harus bergembira menyambut puasa sudah akan sampai. Sebagaimana bunyi salah satu hadits, kurang lebih: Barangsiapa yang bergembira menyambut bulan Ramadhan, Allah haramkan api neraka menjilat tubuhnya. Mungkin karena itu banyak tradisi atau kegiatan yang dilakukan untuk menyambut sang bulan suci. Namun pertanyaan yang mendasar adalah apakah kita termasuk orang yang gembira bertemu lagi dengan Ramadhan dan siap mengisinya dengan amalan-amalan lainnya juga?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar