Tampilkan postingan dengan label amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label amerika. Tampilkan semua postingan

01 Maret 2009

Judgement

Judgement atau appresiasi (penilaian) pada seseorang atau sekelompok orang sangat sering dipengaruhi oleh penampilan luar atau fisik orangnya. Itu bisa benar tapi juga bisa salah; jika kesalahan itu terjadi dalam suatu lingkungan yang madani (civilized society), maka itu bisa memberi kesan yang sangat buruk atau sangat merugikan pada pelakunya. Karena itu ada pepatah dalam bahasa Inggris yang berbunyi: “Don’t judge a book from its cover”.

Ada suatu contoh kejadian demikian yang saya dapatkan dari salah satu mail yang saya sudah lupa asalnya dan tak dapat lagi ditelusuri. Terlepas dari benar tidaknya cerita itu dan persepsi kita pada civilized society, tapi kandungannya merupakan suatu pelajaran berharga. Mudah-mudahan kita dapat manfaat dari kutipan di bawah ini.

BAJU BAJU YANG MENIPU

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University. Mereka meminta janji. Sekretaris universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.
"Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut.
"Beliau hari ini sibuk," sahut sang sekretaris cepat.
"Kami akan menunggu," jawab sang wanita.
Selama empat jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

"Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi," katanya pada sang Pimpinan Harvard.
Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.
Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut. Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini, bolehkah?" tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.
Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. "Nyonya," katanya dengan kasar, "Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.""Oh, bukan," sang wanita menjelaskan dengan cepat, "Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard."

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, "Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard."Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?" Suaminya mengangguk.
Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California. Di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.
Kita, seperti pimpinan Hardvard itu, acap silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju, acap menipu.

Catatan:
1. Dikutip dari sebuah mail, maaf lupa dan takterlacak lagi sumbernya.
2. Benar tidaknya cerita ini demikian, patut jadi pelajaran bagi kita.

14 September 2008

M a d a

Kata mada belum penulis temukan dalam bahasa Melayu atau Indonesia. Dalam bahasa Minang mada berarti bandel, keras kepala, atau keras hati. Dalam lingkungan anak gaul di Pekanbaru yang sebagian bahasa pasarannya bahasa Minang, kata itu juga berkonotasi nakal dan usil.

Karena itu ada yang mengklaim bahwa Gajah Mada berasal dari ranah Minang. Secara bergurau klaim itu diasosiasikan ke gambaran wajah patung batu Gajah Mada yang ada dalam buku-buku sejarah. Yang lebih serius adalah karena sepak terjang patih kerajaan Majapahit itu yang berani dan kuat dalam bertahan tanpa mengenal rasa takut pada ancaman yang hebat.

Sikap mada (Inggeris: stubborn) ini diasosiasikan pada rendahnya tingkat pendidikan sehingga ketidaktahuan menjadi penghalang untuk menerima pikiran orang lain. Tapi premis tadi ternyata juga hinggap pada orang yang tingkat pendidikannya lebih baik di Amerika sana.
Pantai negara bagian Texas dilanda badai Ike hari Sabtu 13 September 2008. Hembusan angin dengan kecepatan 110 mil per jam (sekitar 180 km/jam) menyapu pantai yang menimbulkan gelombang besar, membanjiri ribuan rumah, merubuhkan banyak rumah, memecahkan kaca-kaca gedung tinggi, dan mengakibatkan putusnya aliran listrik untuk sekitar tiga juta orang yang diperkirakan untuk tiga minggu ini. Sampai malamnya, belum dapat diketahui berapa banyak korban nyawa atau cedera serta kerusakan yang terjadi karena jalan-jalan terputus. Pihak otoritas mengkhawatirkan ini jadi semacam “slow motion disaster” karena banyaknya orang yang terjebak badai di rumah-rumah mereka.

Upaya penyelamatan baru bisa mengevakuasi 300 orang, hanya sejumput dari ribuan orang yang masih terlantar di rumah-rumah yang kena banjir. Diperkirakan ada 140.000 orang yang mengabaikan perintah mengungsi kepada sekitar sejuta penduduk sebelum Badai Ike datang. Orang-orang Amerika yang “mada” ini nekad bertahan dan baru menyadari kekeliruan mereka setelah badai datang. Anehnya, mereka menuntut otoritas untuk menyelamatkan mereka semalaman yang tentunya tidak mungkin. Seorang lelaki 65 tahun yang berhasil diselamatkan dari trailernya ketika air sudah se lutut berkata: “Saya menemukan banyak sekali ular di rumah saya, jika tidak saya akan tetap bertahan.” Padahal ia kehilangan hartanya kecuali obat-obat dan rokoknya!!
Sekarang petugas penyelamat sedang berjuang hebat untuk menyelamatkan ribuan orang. Gubernur Texas sampai menyebutkan ini sebagai upaya SAR terbesar sepanjang sejarah Texas. Para petugas SAR sangat gusar dan frustrasi karena demikian banyak orang yang mengabaikan peringatan dini mereka. Seorang pejabat menyatakan kegusarannya: “Jika anda mengabaikan suatu peringatan, tidak hanya membahayakan diri anda sendiri tapi juga menimbulkan resiko bagi mereka yang akan melakukan pertolongan. Sementara ini kerugian akibat Badai Ike ditaksir minimal US$8 miliar.
Nampaknya sesuailah gambaran lelaki Amerika yang satu tadi dan mungkin juga ribuan orang lainnya yang terjebak badai itu dengan makna serta konotasi mada dalam bahsa Minang itu. Apa yang menyebabkan hal ini tentu pastinya kita belum tahu. Mungkin ini justru karena merasa lebih pintar dan tahu tentang banyak hal atau hanya karena arogansi, sebagaimana juga dapat kita amati dalam sikap pribadi George W. Bush, presiden mereka. Wallahualam. (sumber Yahoo News 14 September 2008 dan foto-foto http://www.khou.%20com/perl/%20common/slideshow%20/sspop.pl?)