15 November 2008

Kesehatan Jantung: Cukupkah Pemeriksaan EGC dan Treadmill?

Ketika usia menginjak kepala lima, saya merasa sudah harus lebih memperhatikan kesehatan, termasuk jantung. Jika ketika kuliah dulu saya bisa main badminton single dalam puasa sampai jam sembilan pagi, maka sebagai konsekuensi usia, secara berangsur jenis dan durasi olahraga juga sudah saya sesuaikan. Demikian pula asupan, selain tidak merokok, saya mulai menahan diri terhadap makanan yang kurang sehat khususnya yang mengancam kesehatan jantung.

Langkah ini saya ambil dalam lima tahun terakhir karena awareness pada usia dan pernah beberapa kali merasakan rasa kurang enak di dada. Hasil konsultasi ke Dokter Nik spesialis jantung di Malaka enam tahun lalu, berdasarkan ECG dan treadmill ketika itu (bisa 12 menit) kerja jantung saya baik meskipun ada sedikit ketidakseimbangan kerjanya. Untuk itu saya diberi obat yag mengandung aspirin sebagai pengencer darah dan dibekali juga obat yang ditaruh di bawah lidah jika keadaan darurat. Juga dianjurkan untuk mengurangi atau menghindari makanan yang enak-enak seperti durian, kambing, dan makanan bersantan (padahal yang namanya gulai tunjang, gajeboh, sup kikil bang kumis jadi makanan favorit).

Ditambah lagi dengan anjuran untuk olahraga secara kontinyu dan melakukan pemeriksaan rutin, vonis ini tentu cukup menyentak dan rasanya membatasi kebebasan selera. Sementara rasa nyeri di dada masih muncul kira-kira dua bulan sekali, semua saran dokter saya jalankan. Sinkron pula dengan semangat sang isteri, setiap pagi saya mulai dengan sarapan serius yang dilengkapi dengan segelas jus buah dan secangkir susu yang semuanya pakai madu sebagai ganti gula. Saya juga mengkonsum obat herbal untuk menjaga fungsi hati dan meskipun tidak begitu merasakan faedahnya saya memakan aspirin yang dibekali Dokter Nik sampai habis serta berupaya olahraga secara teratur. Alhamdulillah obat darurat tidak pernah dipakai dan pada kondisi puncak masih bisa lari-lari kecil selama 30 menit. Meskipun cenderung mengurangi makan malam, sekali-sekala masih menyantap makanan-makanan favorit.

Mengikuti anjuran dokter, saya juga melakukan cek kesehatan berkala secara mandiri. Kira-kira tiap tiga bulan ke laboratorium sehingga sering disangka sakit tiba-tiba. Saya jadi terbiasa kena tusuk jarum suntik di hasta untuk pengambilan darah yang lengkap dengan puasa guna pemeriksaan kolesterol, kadar gula darah, fungsi hati, asam urat dan sebagainya. Para petugas di lab sampai hafal nama, alamat, serta selalu dapat kiriman hadiah ulang tahun dan kartu lebaran. Pada umumnya hasil lab itu baik; jika nilainya ada yang berada di luar range, baru saya konsultasi ke dokter.

Demikian pula dengan hasil ECG atau treadmill yang sudah saya lakukan tiga kali sesudah yang pertama dulu, hasilnya selalu baik. Treadmill terakhir beberapa bulan lalu di RSHK Jakarta masih bisa mencapai waktu 9 menit ketika dihentikan karena dianggap cukup. Yang mengherankan rasa nyeri itu masih muncul, biasanya ketika tidur sehingga saya jadi terbangun. Baru hilang kalau sedikit menggerak-gerakkan bagian dada dan minum air hangat. Pernah, ketika muntah dan batuk terlalu kuat saya mengalami pitam beberapa detik.

Keadaan ini tentu mencemaskan dan berdasarkan sedikit cerita seorang teman yang juga pasien Dr Nik, saya jadi ingin ada pemeriksaan jantung yang lebih advanced. Ketika ada kesempatan sehabis perundingan bilateral Sosek Malindo di Malaka hari Kamis 13 November 2008 lalu, saya menjumpai Dr Nik dan menyampaikan keluhan saya. Menurut sang internist, ECG dan treadmill telah memadai dan tingkat kebenarannya mencapai 85 persen. Artinya, kalau hasilnya buruk kemungkinan besar si pasien memang ada masalah tapi jika hasilnya bagus sudah memadai untuk dipedomani meskipun tidak pasti. Namun karena keluhan nyeri dada dan pitam saya, akhirnya kami bersepakat untuk melakukan pemeriksaaan jantung dengan cara kateter (catheter, Coronary Angiogram) yang membuat saya sangat tegang dan berdebar (Bersambung ke Kateter Jantung: Pengalaman Mendebarkan) .

Sumber gambar:
www.fastresponse.org/latest1/?page=courses/EKG_12 (EGC)
www.umpa.com/Card_Noninvasive_Serv.asp (treadmill)

2 komentar:

  1. Allo atuk Feisal, blog atuk dah ramai sangatlah sekarang ni, iri Daffa negoknya.. hehe...,
    btw, Daffa nak tanyalah ama atuk, boleh ke? Ngapa tuk jl. A.Yani atuk tutup mulai jl. Pangeran Hidayat ke arah Cut Nyak Din? Penat Opa Daffa jeput anto paman les kat Bu Chris Rumantir, lewat jln. teratai tu jalannya kecik, oplet ngumpullah bebanyak kat tiap pungke simpang empat Cempaka Teratai tuh, pening pale Opa kalau dah sampai kat situ...., tambah pule kalao ujan, jalan teratai tuh banjir tuk ( terutama dekat mesjid tu, mesjid ape ntah namenye.

    BalasHapus
  2. Daffa, terimakasih dah singgah di blog ini. Kalau tak ganggu belajar, Daffa boleh juga buat blog supaya jadi pintar nulis. Nulis selain bikin kepala aktif kan juga diperlukan untuk sekolah atau waktu kerja nanti.
    Tentang buka tutup jalan tu yang kelola bukan dari kantor perhubungan provinsi tapi dari perhubungan atau polisi kota Pekanbaru. Memang sudah banyak yang menyampaikan pendapat, termasuk di koran. Mudah2an dari ujicoba tu nanti ada kesimpulan mana yang lebih baik. Rajin2 belajar ya....

    BalasHapus