Tampilkan postingan dengan label pangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pangan. Tampilkan semua postingan

15 Oktober 2008

Ikan: Kuliner Sehat

Ikan laut yang siap dibakar, lagi trend jualnya dipajang dalam wadah sampan

Orang Melayu gemar makan ikan air tawar atau laut serta hasil laut lainnya seperti udang, cumi, kepiting, siput, kerang, dan sejenisnya. Banyak kearifan lokal untuk memasak atau mengolah ikan yang sudah dilakukan masyarakat secara turun temurun seperti disalai, diasinkan, atau difermentasi seperti apa yang disebut dengan pekasam, cencaluk, otak-otak, dan belacan (terasi).



Memasak ikan juga berbagai cara yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: bakar, rebus/steam/gulai, dan goreng atau kombinasinya. Sesuai dengan media tambahan dalam proses masaknya, kuliner ikan yang sangat beraneka ini tentu juga memiliki tingkat pengaruh yang berbeda untuk kesehatan. Berikut ini disajikan berbagai masakan ikan laut atau air tawar yang sering dijumpai di Riau sesuai dengan kategori tersebut.

Orang Melayu sangat gemar makan ikan atau hasil air atau laut lainnya seperti udang, cumi, kepiting, siput, kerang, dan sejenisnya. Banyak kearifan lokal untuk memasak atau mengolah ikan yang sudah dilakukan masyarakat secara turun temurun seperti disalai, diasinkan, atau difermentasi seperti apa yang disebut dengan pekasam, cencaluk, otak-otak, dan belacan (terasi).

Memasak ikan juga berbagai cara yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: bakar, rebus/steam/gulai, dan goreng atau kombinasinya. Sesuai dengan media tambahan dalam proses masaknya, kuliner ikan yang sangat beraneka ini tentu juga memiliki tingkat pengaruh yang berbeda untuk kesehatan. Berikut ini disajikan berbagai masakan ikan laut atau air tawar yang sering dijumpai di Riau sesuai dengan kategori tersebut .
Cara masaknya? Mohon maaf, saya hanya pandai makannya aja….. Selamat menikmati gambarnya (sebagaian foto dari hasil browsing Google).
Dibakar:


Rebus/Steam/Sup/Gulai:




Goreng:

14 Oktober 2008

Cara Hidup Sehat: Ikan Bagus Untuk Jantung

Bukan sekedar kepercayaan atau kebiasaan, tapi dari nutrisinya ikan memang makanan yang sehat, khususnya dalam kaitan dengan penyakit gangguan jantung dan pembuluh darah. Selain lezat dan relatif murah, mengkonsumsi ikan dapat menurunkan resiko terkena serangan jantung dan dapat pula meningkatkan kecerdasan.

Ikan sudah dimakan manusia sejak dulu kala namun kecenderungannya berubah drastis pada tahun 1950an ketika orang mengamati kebiasaan bangsa Eskimo. Orang-rang Eskimo di Greenland, Kutub Utara, yang makan ikan relatif banyak, cederung lebih sedikit yang terkena serangan jantung dibandingkan dengan orang Amerika. Tetapi orang Eskimo yang sudah mengikuti cara hidup dan pola makan biasa di Denmark berada dalam resiko serangan jantung yang sama dengan masyarakat lainnya.
Rendahnya prevalensi serangan jantung juga dapat diamati di Norwegia dan Jepang yang penduduknya banyak makan ikan. Sudah kita fahami bahwa menu harian di Jepang tidak lepas dari hasil laut yang angka konsumsi rata-ratanya mencapai 35 kg per kapita per tahun. Menurut penelitian, ikan laut banyak mengandung Omega-3 yaitu lemak tak jenuh tinggi.
Dalam disertasinya di FKUI tahun 1996, Dr. Fadilah Supari menyatakan bahwa Omega-3 banyak dikandung ikan laut, khususnya yang berasal dari laut dalam. Senyawa ini selain memperkuat daya tahan otot jantung juga dapat meningkatkan kecerdasan otak mereka yang menkonsumsinya sejak usia dini, melenturkan pembuluh darah, menekan kadar trigliserida, dan mencegah penggumpalan darah.
Sekarang dapat kita katakan bahwa ikan adalah makanan yang sehat untuk seluruh keluarga. Selain harganya yang relatif lebih murah dari daging (red meat), ikan punya beragam pilihan dari segi rasa dan cara memasaknya. Mari makan ikan supaya sehat dan cerdas. (Referensi http://my-curio.us/)

22 September 2008

Sagu: Jasa Bridging Food



Sagu adalah pati berupa butiran atau tepung putih yang didapat dari teras batang rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Pohon rumbia banyak tumbuh di rawa-rawa gambut di daerah pesisir Sumatera, Kalimantan, dan Irian. Meskipun gizinya kurang, sagu mengandung banyak karbohidrat sehingga bisa dijadikan bahan makanan pokok di daerah-daerah yang tidak ada beras.

Sagu yang karakteristiknya mirip dengan tapioka sudah bermanfaat sejak dulu. Pada zaman penjajahan, untuk memperlemah perlawanan rakyat, Belanda mengembargo beras ke suatu daerah. Untuk daerah pesisir Riau yang memang tidak banyak beras, masyarakat lebih mengandalkan sagu sehingga embargo Belanda tidak begitu efektif,

“Kamu orang miskin yah, tidak punya makanan. Kalau mau ikut Belanda, nanti kita orang kasih beras, heh…!??!!” kata opsir-opsir Belanda membujuk penduduk supaya tidak berontak.

Pada zaman kemerdekaan namun waktu masih sangat susah dulu, sagu juga sudah berjasa pada generasi yang sekarang sekitar 50-60 tahun. Jika tidak ada beras atau di daerah yang secara tradisi makanan pokoknya memang sagu seperti Maluku dan Papua, sagu telah menggantikan beras sebagai sumber karbohidrat. Di daerah pesisir Riau, sagu dijadikan bubur (di Papua disebut papeda) atau semacam kerak telor yang diamakan dengan gulai ikan asam pedas atau ikan asin. Sagu lah yang telah berjasa jadi bridging food yang sekarang jadi nostalgia mereka-mereka yang pernah mengalaminya. Karena itu ok ok saja kan diversifikasi makanan berbahan dasar beras ke sagu? (foto pohon sagu dari Wikipedia)