19 Oktober 2009

Pengalaman Kecelakaan Mobil (2)

Pengalaman kecelakaan mobil yang ke dua kalinya saya alami tanggal 9 September 1987 sekitar jam 10 pagi di jalan minyak di daerah Simpang Benar, Rokan Hilir, Riau. Sebagai tenaga teknis, saya ditugaskan untuk membantu penyiapan program pembangunan dan pemeliharaan jalan ke daerah-daerah. Untuk itu saya dan beberapa orang akan pergi melihat kondisi daerah dan jalan di Teluk Nilap yang ketika itu masih masuk Kabupaten Bengkalis.

Daerah Teluk Nilap merupakan daerah terisolir yang dihubungkan oleh jalan yang kondisinya belum memadai sama sekali. Sebagian jalan menuju ke sana merupakan jalan operasi ladang minyak yang juga dimanfaatkan masyarakat; di pinggirnya ada pipa minyak yang diameternya bisa mencapai 1,0 meter. Jalan yang biasanya disebut jalan minyak ini dibangun PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) dari tanah kemudian disiram dengan crude oil (minyak bumi mentah) dan dipadatkan sehingga sangat licin ketika hujan atau basah.


Mengingat itu bulan puasa maka dari Dumai kami memakai kendaraan Toyota Hardtop 4 Wheel Drive yang diharapkan dapat membawa kami menembus medan yang berat itu (seperti foto di atas, dari internet). Saya duduk di depan bertiga dengan supir; di belakang ada dua rekan lain dan beberapa tas pakaian dan satu set alat ukur geodesi. Ketika supirnya kami tanyakan apakah sudah biasa menempuh jalan minyak, dijawabnya “ya” dengan meyakinkan. Akan tetapi di jalan minyak yang ketika itu basah terasa dia mengemudi kurang meyakinkan sehingga kami tanya ulang. Dia tetap menjawab bahwa dia sudah biasa dan menolak tawaran kami untuk menggantikannya utnuk menyetir.

Hati saya mulai tidak tenang karena mobil sudah “ngageol” beberapa kali. Di persimpangan jalan ke sumur-sumur minyak pun dia sering mengerem dan menekan gas kembali secara agak mendadak sehingga sering mobil itu oleng karena slip. Kawan yang duduk di sebelah saya mulai gelisah dan dia minta izin untuk buka puasa dengan merokok dengan alasan tidak tahan jika tidak merokok. Dengan berat hati saya hanya bilang bahwa puasa saya tidak terganggu oleh asap rokok.

Belum lagi lima menit kawan itu merokok dan baru dapat beberapa kali isap, sang supir mengulangi kesalahan yang sama di sebuah simpang jalan ke sumur minyak. Ketika dia menekan gas lagi secara mendadak, dengan kecepatan sekitar 50 km/jam mobil slip ke arah kiri dan ban kiri depan menabrak pipa minyak yang cukup besar sehingga mobil rolling ke sisi kanan dua kali dan kembali berdiri dalam keadaan terhenti beberapa puluh meter dari tempat slip semula. Bagian atas mobil cukup remuk dan beberapa kaca pecah.

Yang luar biasa, ketika mulai oleng saya bereaksi dengan cepat untuk berpegangan ke dashboard sehingga tidak terbentur secara fatal. Pada rolling yang pertama, lembaran langit-langit mobil itu lepas dan terletak di jalan dalam keadaan menghadap ke atas. Alhamdulillah, dengan kehendakNya saya terduduk di dalamnya bersama tas pakaian saya tanpa cedera apapun kecuali ada sedikit memar di dagu yang saya tidak tahu kejadiannya.

Bagaimana dengan kawan-kawan perjalanan saya? Dua kawan yang di belakang merasakan bagaikan diguncang dalam suatu kotak bersama beberapa tas pakaian dan alat ukur itu. Namun Alhamdulillah tidak mengalami cedera apa pun kecuali memar-memar kecil. Rekan yang duduk di sebelah saya mengalami memar-memar karena benturan ketika mobil itu rolling dan di belakang daun telinga kirinya luka cukup besar sehingga mengucurkan darah ke bajunya. Sang supir juga memar-memar dan dadanya terasa sangat sakit karena terbentur ke stir.

Dengan keadaan yang paling fit, saya berusaha membantu kawan-kawan saya dan mencari bantuan. Kejadian itu di daerah hutan dan sepi; ketika itu belum ada handphone sehingga dalam waktu lama baru kami akhirnya sampai ke camp PT CPI di Bangko untuk mendapat perawatan dan istirahat. Dengan kondisi yang masih normal, saya tetap puasa.

Berita kecelakaan itu rupanya sudah dulu sampai ke pihak-pihak berkenaan dan keluarga sehingga keluarga masing-masing merasa kawatir. Melalui telepon di camp kami bisa member kabar bahwa kami dalam keadaan selamat dan mendapat rawatan di Camp Bangko. Hikmah lainnya adalah kami juga jadi tahu bahwa bos saya meninggal dunia kemarennya dan akan dikebumikan hari itu. Sayang sekali kami tidak dapat mengejar acara pemakaman beliau.

Atas kecelakaan ini, belakangan saya dapat mengetahui bahwa sang supir rupanya baru pertama kali ke daerah tersebut dan belum biasa menempuh jalan minyak. Jadi dia yang memang tidak beribadah puasa dengan ringan saja berbohong pada kami maupun pada bosnya yang menugaskan. Dua kawan yang duduk di belakang juga mendapat hikmah dari puasa mereka; meskipun bagaikan diguncang dalam kaleng, Alhamdulillah hanya memar-memar kecil saja. Jadi hanya rekan yang di sebelah saya yang sudah terlanjur membatalkan puasanya demi rokok itu dan sang supir saja yang relatif menderita pada kecelakaan itu.

Juga ada kelemahan kami; ban mobil itu ternyata dengan corak atau kembang yang tidak sesuai untuk jalan minyak dalam keadaan basah. Sebagai pengguna mestinya kami tidak boleh percaya begitu saja pada sang supir tapi harus lebih teliti melakukan cross check terhadap kemampuan dan pengalaman si supir. Demikian pula keadaan mobil seperti rem, ban, bahan bakar, kemampuan mesinnya, lampu dan lain-lain.

Kesalahan kolektif itu lah yang telah menimbulkan akibat yang diterima pula secara bersama. Namun, alhamdulillah tidak ada korban fatal dalam kecelakaan yang cukup meremukkan mobil hardtop itu. Naudzubillah, semoga jangan terjadi lagi kelalaian yang mengakibatkan kecelakaan seperti ini pada siapa pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar