09 Oktober 2009

Masjid Jami’ Air Tiris merupakan salah satu objek wisata Provinsi Riau yang jangan sampai terlewatkan. Masjid antik ini terletak di Pasar Usang, Desa Tanjung Berulak, Air Tiris, Kabupaten Kampar, sekitar 52 km dari Pekanbaru. Meskipun terletak agak ke dalam dari jalan Pekanbaru-Bangkinang namun masjid yang mempunyai keunikan tersendiri bisa dicapai langsung dengan kendaraan darat melalui jalan aspal yang mulus.

Masjid ini didirikan tahun 1901 atas prakarsa Engku Mudo Sangkal, seorang ulama yang mengonsolidasikan potensi ninik-mamak dan cerdik-pandai dari 20 kampung di kenegerian Air Tiris. Sebagai panitia pembangunannya adalah yang disebut dengan “Ninik Mamak Nan Dua Belas” yaitu para ninik-mamak dari berbagai suku yang ada dalam seluruh kampung. Mereka mengerjakannya bersama anak kemenakan, termasuk tukang dari Trengganu, Malaysia, yang membuat mimbar yang dikerjakannya di Singapura. Tahun 1904 masjid ini selesai yang diresmikan dengan meriah oleh seluruh masyarakat Air Tiris dengan menyembelih 10 ekor kerbau.

Bentuk masjid ini konon merupakan campuran arsitektur “Rumah Lentik” Melayu Kampar dan Cina. Masjid dengan bahan konstruksi utama kayu ini terdiri dari bangunan induk yang ukuran aslinya 30X40 m, mihrab 7X5 m, menara, dengan tinggi bangunan 24 m, serta dilengkapi dengan 2 mimbar, 1 buah telaga, dan 3 buah kulah air. Atapnya berupa limas tiga tingkat yang meruncing ke atas dengan tiang dan konstruksi kayu yang masih asli terlihat sangat indah. Demikian pula dindingnya yang miring, penuh dengan ornamen atau ukiran yang mirip dengan ukiran yang terdapat di dalam sebuah masjid di Pahang, Malaysia. Engku Mudo Sangkal juga menukilkan ukiran di depan mimbar dan pada dua tonggak panjang dalam masjid masing-masing basmallah dan dua kalimah syahadat.

Keunikan lainnya, pemasangan komponen bangunannya tidak menggunakan paku dari besi tapi dengan teknik lidah dan pasak yang juga dari kayu. Pada keadaan aslinya dulu, atapnya pun berupa kepingan-kepingan papan kayu tetangu yang tahan berhujan panas dengan panjang 1 meter. Pada tahun 1971 dilakukan rehabilitasi bagian-bagian masjid yang sudah lapuk sehingga hari ini masih berdiri dengan megahnya dan banyak dikunjungi penziarah.

Sangat disayangkan, ada hal yang kurang pas pada properti masjid ini. Di dalam salah satu kulah air itu terdapat sebuah batu alam yang besar dan bentuknya seperti kepala kerbau tanpa tanduk dan telinga. Konon batu itu bisa berpindah posisi dalam kulah itu dengan sendirinya sehingga dikeramatkan yang mempercayainya. Para penziarah yang banyak datang pada hari raya puasa enam, bukannya mengagumi keindahan bangunan kayu hasil karya arsitektur yang sudah berumur 108 tahun itu atau mengambil kesempatan untuk sholat sunnah di dalam masjid itu, malah banyak yang lebih mementingkan untuk menziarahi “kepala kerbau” itu. Mencuci muka atau tangan dengan air dari kulah itu dipercaya dapat memberi berkah. Tidak heran jika pihak Departemen Agama tidak memasukkan “kepala kerbau” ini dalam info tentang masjid ini. Karena itu kita pun tentu harus hati-hati agar tidak terjerumus ke dalam syirik.

Hal kedua yang masih perlu ditingkatkan adalah pengelolaan Masjid Jami’ sebagai objek wisata yang potensial. Jaraknya yang dekat dengan Pekanbaru dan dapat dikombinasikan dengan wisata kuliner dan Kampung Asli Pulau Belimbing di Kuok tentu sangat potensial sehingga harus dikelola secara lebih baik dan profesional. Dengan infrastruktur jalan yang sudah memadai, seyogyanya objek itu dilengkapi dengan publikasi yang lengkap, tanda dan penunjuk arah yang jelas, penataan kawasan sekitar yang sesuai untuk dikunjungi wisman, informasi yang tersedia dan lengkap, pemandu wisatak, dan aspek-aspek penunjang objek wisata lainnya.

Tentunya peningkatan dan pengelolaan ini harus dilakukan secara, konsepsional, komprehensif, dan efektif dengan mengikutsertakan semua pemangku kepentingan yang ada. Mudah-mudahan langkah itu akan membuat makin banyak orang berziarah sepanjang tahun sehingga membawa kemaslahatan pada masyarakat setempat khususnya, Provinsi Riau umumnya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar