18 Oktober 2008

Bintan: Keindahan di Depan Mata

Minggu kedua Oktober lalu, ketika anak-anak masih libur, kami The Backpackers (the B) mengunjungi Pulau Bintan. Lokasi di Provinsi Kepulauan Riau ini dipilih karena cukup kami kenal dan relatif dekat dan akrab dengan para anggota the B. Point of interest di pulau yang dekat dengan Batam dan Singapura ini juga sesuai dengan keinginan untuk menikmati kuliner, melakukan aktifitas water sports, dan mengakui kebesaran Allah melalui keindahan alamNya.

Berdasarkan info dan pengalaman, kami mengkaji dan merencanakan perjalanan sejak jauh hari. Transportasi dan hotel kami pesan baik langsung atau melalui sahabat yang ada di Kepulauan Riau maupun dengan internet. Itenerary empat hari tiga malam (4D3N) kami adalah Tanjung Pinang, Bintan Agro Beach Resort di daerah Teluk Bakau, Nirwana Beach Club (dulu Pantai Mana-Mana) di Lagoi, dan Batam. Sebenarnya banyak resort di sekitar Teluk Bakau, Pantai Trikora, atau Lagoi yang terkenal itu tapi dari segi akses, tarif, fasilitas, objek yang ditawarkan, dan service, Bintan Agro ini lah yang paling optimal.


Menyesuaikan jadual dengan kalender akademis para yunior, kami menghindarkan peak season agar benar-benar dapat menikmati perjalanan ini. Karena pada hari libur umum, Batam atau Bintan merupakan jalur padat dan daerah Lagoi di Bintan Utara sudah terkenal sudah fully booked secara tahunan pada hari libur umum, maka kami memilih hari kerja melakukan perjalanan ini yang ternyata pilihan yang sangat tepat.

Perjalanan dimulai dengan Riau Airlines (pesawat Fokker F50) ke Tanjung Pinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di pantai Selatan Pulau Bintan. Sesuai dengan waktunya, dengan mikrobus resort yang menjemput ke bandara kami melakukan city tour dan makan siang di Tanjung Pinang. Kota yang terkenal dengan kuliner seafood yang lezatdi ini cukup indah, berbukit-bukit yang terletak di pinggir laut. Kami memilih sebuah kedai makan kecil, Kedai Kopi Santai, di daerah Temiang yang menyajikan asam pedas kepala ikan yang sangat khas dan terkenal di kalangan pencinta kuliner ikan.

Sang nyonya penjual dengan sigap memasak satu persatu setengah kepala dan badan ikan merah dengan ukuran kira-kita selebar telapak tangan yang disajikan panas-panas. Bumbunya, sawi asin, dan nanas membuat aroma yang mengundang dan rasanya memang istimewa: asam, gurih, pedas, dan manis yang pas. Seorang anggota the B langsung menirukan gaya Bondan ketika mengapresiasi masakan di tivi. Maknyuusss….


Sebenarnya selain wisata kuliner, di Tanjung Pinang ada tujuan wisata yang tidak boleh terlewatkan: Pulau Penyengat di depan pantai Tanjung Pinang. Di pulau yang dapat dicapai dengan pompong (boat kayu kecil bermesin, di daerah lain disebut klotok) hanya sekitar 20 menit, terdapat jejak langkah sejarah dan sastera Melayu yang terpatri dengan baik. Kebanyakan kita tentu pernah mendengar Gurindam 12 karya Raja Ali Haji? Akan tetapi karena semua the B sudah pernah ke sana (tentang ini Insya Allah akan kami tulis sendiri), maka setelah makan, kami langsung ke Teluk Bakau.




Perjalanan sejauh 35 km menempuh daerah rural Bintan yang mempunyai variasi alam dan akulturasi berbagai budaya. Di simpang ke desa Kawal, ada beberapa kedai kopi Cina yang menyajikan kopi, nasi lemak, dan otak-otak yang merupakan sentuhan harmonis antara etnis Melayu dan Cina yang telah turun temurun disitu. Selepas daerah itu, jalan mulai meyusuri pantai yang banyak dihuni para nelayan, tidak hanya yang tradisional tapi juga yang pergi menangkap ikan berminggu-minggu sampai ke Laut Cina Selatan. Jalan makin dekat ke pantai dan keindahannya memang membuat tidak sabar untuk segera bermain di pantai.

Pantai Teluk Bakau sangat landai sehingga sangat dipengaruhi pasang surut. Pada saat pasang, teluk itu jadi semacam kolam biru yang luas sekali dengan bibir pasir yang putih dengan kombinasi pepohonan dengan bongkahan-bongkahan batu granit yang mencuat muka ke bumi. Ditambah dengan lambaian kelapa, kawasan yang indah ini memang pantas jadi tujuan wisata yang pada hari libur, banyak dikunjungi wisatawan mancanegara yang datang via Singapura atau Malaysia. Sebaliknya wisatawan domestik belum banyak yang tahu tentang keindahan dan kenyaman di Bintan Agro Beach Resort and Spa yang ada di depan mata ini. Bayangkan sedapnya ketika dipijat refeksi di pondok tepi pantai sambil ditiup angin semilir dan didendangkan riak ombak lamat-lamat.

Di resort ini juga tersedia berbagai fasilitas rekreasi dan olahraga. Didarat kita bisa bersepeda atau olahraga sepakbola dan volley pantai, disamping kolam renang ukuran sedang. Untuk water sports ada kayak, flying fish, banana boat, kite surfing, dan snorekeling. Khusus yang terakhir ini akan jadi cerita tersendiri.

Siang sampai sore hari pertama kami di Teluk Bakau dihabiskan oleh the B untuk mengeksplore resort itu dan menikmati cycling, kayaking, refleksi atau main bola di pasir. Malamnya kami berenam menikmati "candle light diner" dengan kuliner seafood segar dan lezat yang sudah kami pesan sejak sore. Sebelum beristirahat kami bisa nonton berbagai acara menarik dari tivi Indonesia, Malysia, dan Singapura sambil tak sabar menunggu hari esok untuk pergi ke laut tempat snorekeling.


4 komentar:

  1. Terimakasih appresiasinya. Ini saya tulis supaya kita lebih mencintai Yang Maha Pencipta keindahan dan juga negeri kita sendiri. Apalagi Bintan tidak jauh dari kita semua.

    BalasHapus
  2. Liburan yang sangat menyenangkan ya Pak. Fotonya bagus-bagus. Saya sudah berkali-kali ke Pekanbaru, tapi belum pernah sampai ke Tanjung Pinang. Mudah-mudahan ada kesempatan berkunjung kesana suatu saat kelak.
    Salam untuk seluruh keluarga.

    BalasHapus
  3. Terima kasih komennya mbak. Sekali sekali perlu tuh lihat kampung Tuan MAM. Kalau perlu ajak tuh mbak Dyah karena masih ipar abang saya. Wassalam.

    BalasHapus