20 Oktober 2008

Bintan: Lingkungan Bahari Nan Kaya

Bintan memang lingkungan bahari nan kaya. Hari kedua di Bintan, kami menghabiskan hari untuk melaut. Jam 10 pagi The Backpackers (the B: saya, isteri, Ashri, Dani, Affan, dan Dinda) serta dua orang wisatawan Singapura yang dikawal dua orang pemandu, dengan menggunakan speedboat meninggalkan jetty Bintan Agro menuju kawasan Pulau Mapur, lokasi snorekeling. Perjalanan dalam cuaca cerah dan tenang itu ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit. Pulau ini dan beberapa pulau lainnya yang berada di depan Teluk Bakau melindungi teluk itu dari terpaan langsung gelombang Laut Cina Selatan.

Laut di Teluk Bakau membiru berkilauan diterpa cahaya mentari pagi itu. Masing-masing the B yang sudah siap dengan perlengkapannya penuh keingintahuan seperti apa keindahan laut dan karang di sekitar Bintan ini. Salah seorang anggota the B yang sudah pernah menyelam di Lampung, Pulau Seribu, dan Tulamben Bali banyak memberi info tentang keindahan terumbu karang dan fauna di tempat-tempat lain itu.
Jika anda sudah menonton film Laskar Pelangi, di gugusan pulau-pulau sekitar Bintan juga banyak singkapan batu granit seperti di Belitong. Meski kami tidak mendarat di pasir putih yang membentang, pulau-pulau itu sangat indah dan jika direnungkan ia mampu mengecilkan kita sebagai hamba Allah Sang Maha Pencipta. Keindahan pulau-pulau yang kebanyakan kosong ini membangkitkan rasa ingin berlama-lama di sana.
Sampai di lokasi di depan pantai Pulai Mapur boat berhenti dan jangkar dilemparkan. Ditemani dua pemandu itu, satu persatu peserta termasuk dua Singaporean itu mencebur ke air, kecuali saya dan isteri, yang tetap mengenakan pelampung sampai beberapa waktu kemudian dilepasnya karena kepanasan. Si gadis kecil kami juga sempat menikmati pemandangan indah dasar laut itu beberapa puluh menit dengan kawalan abang-abangnya secara bergantian. Lautnya sangat jernih dan bersih dengan kedalaman 2 sampai 4 meter sehingga dari atas boat kami juga dapat melihat dasar laut yang penuh karang.
Ketika beristirahat di atas boat, mereka menceritakan pengalaman masing-masing. Ashri melihat banyak rumpun karang yang lebih indah dengan ikan yang relatif lebih banyak di daerah tubir (tebing curam dasar laut) yang agak jauh dari boat. Saat kami disitu, ikan agak kurang di karang karena sedang pergi ke bagian yang lebih dalam melewati tubir; setelah hari agak teduh sorenya, ikan-ikan itu baru akan kembali ke daerah karang yang lebih dangkal.
Dani yang aktivis Unit Kegiatan Mahasiswa "Nautika" (pencinta selam) di ITB menyebutkan bahwa meskipun tidak seindah di Tulamben Bali, karang yang ada disitu cukup indah seperti yang ada di Pulau Seribu. Bahkan dia menjumpai jenis yang berwarna hijau-biru yang dia tidak tau jenisnya dan habitat karang yang masih sangat perawan. Karena itu dia sangat menyayangkan adanya jangkar besi yang dilemparkan tadi yang mana pada saat diangkat nanti akan merusak karang yang baru akan tumbuh jadi seukuran itu lagi sekitar 10 tahun kemudian. Jangankan kena jangkar, dipegang manusia pun karang itu akan terpengaruh pertumbuhannya. Terlepas dari environmental concern itu, yang pasti semua sangat senang menikmati keindahan karang disitu sehingga tak terasa hari sudah siang.
Perjalanan pulang diarahkan ke dua pulau yang lebih dekat dengan pantai Bintan di Teluk Bakau. Yang pertama, di Pulau Beralas terdapat resort kecil dengan cottage-cottage ala Papua di depan pantai yang berpasir sangat putih yang hanya kami lewati saja. Menurut pemandu, untuk menikmati resort yang sangat indah dan tenang itu kita harus merogoh kocek tak kurang dari S$1.000 per malam. Itu pun harus booking dulu sebelumnya melalui agen pemasaran di Singapura.
Pulau yang kedua adalah Pulau Pasir Putih yang tidak kalah cantiknya namun di sana hanya ada beberapa pondok tempat nelayan berhenti. Kami turun untuk bermain-main di pantainya yang lautnya jernih. Ketika kami datang beberapa orang putih (bule) sedang bersiap-siap akan kembali ke salah satu resort di pantai Teluk Bakau. Sangat luar biasa pengalaman bahari hari itu, sampai jam 14.00 tidak terasa bahwa perut sudah lapar. Sesegera sampai kembali di resort kami makan ala fastfood dan istirahat atau bermain-main sampai menjelang maghrib.
Hari kedua ini kami memang benar-benar dapat menikmati keindahan ciptaan Allah yang tidak jauh dan asing dari kediaman kami di Pekanbaru. Kegiatan melaut dan snorekeling terasa sangat memuaskan, sepadan lah dengan biaya Rp400 ribu per orangnya.
Malamnya kami kembali candle light diner dengan menu seafood yang berbeda. Ada menu khusus malam itu: gonggong, semacam siput laut yang direbus kemudian makannya dicacah dengan saus kacang agak pedas. Gonggong ini didapat dari laut sekitar Bintan karenanya, itu memang hanya populer di sekitarnya dan Batam. Cara makannya mula-mula "kaki"nya yang seperti kuku kepiting ditarik keluar, jika tidak terjangkau jari digunakan garpu kecil atau tusuk gigi. Kemudian ditarik pelan-pelan sehingga seluruh badannya terbawa. Tinggal dicacah dan hm.. ke dalam mulut... kecuali kukunya yang berzat tanduk itu...
Selesai makan malam, selanjutya kami simpan tenaga karena pagi besoknya akan melanjutkan perjalanan ke kawasan wisata Lagoi, Bintan bagian Utara yang terkenal itu.

5 komentar:

  1. Wah pengalaman yang mengesankan dari "The B". Deskripsinya mantap, jadi pengen ngerasain selam lagi. Pasti keren abis ya pak!

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, dengan perencanaan yang seksama ada waktu dan keleluasaan untuk pergi sama-sama dengan anak2. Kalau dalam jumlah kecil rasanya akan lebih praktis lagi. Tks.

    BalasHapus
  3. Ass, Pak.
    Wah, salut deh buat Bapak yang padat kegiatan tapi masih punya waktu buat nulis. Keren abis lagi, gaya penulisannya seperti membaca artikel wisata di majalah.
    Tapi kapan nih Bapak bawa stafnya jalan-jalan ke sana? (he..he)

    BalasHapus
  4. setelah dani search di internet ternyata warna terumbu karang emang ada yang kayak gitu yah, zat warnanya emang macem2

    BalasHapus
  5. Aida, ini hanya suatu cara supaya otak masih mau diajak mikir. Kalau nulis mengharap bisa masuk koran atau majalah, kayaknya sulit juga. Jadi mumpung bisa nentukan sendiri.
    Untuk jalan2 ke Bintan, rasanya bisa2 aja kalau kita arrange sama-sama... ayo...ayo...

    BalasHapus