12 Oktober 2008

The Backpackers: Silaturrahim ke Bengkalis (1)


Libur panjang lebaran kemaren, enam orang tim The Backpackers (the B) yang terdiri dari Ashri, Dani, Affan, Dinda, bersama Mama mereka, dan saya, memanfaatkan kesempatan untuk "mudik" ke Triple B: kota Bengkalis di Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis. Menyebut diri demikian karena seluruh anggota tim dapat dikatakan cukup terlatih karena sejak dulu jika dimungkinkan sudah membiasakan diri berpergian dengan membawa backpack masing-masing tanpa campur tangan travel agent. Kenapa kok ke kota Bengkalis yang meskipun ibukota kabupaten tapi sebenarnya untuk Riau saja bukan jadi destinasi wisata?

Sebagai warga dan orang yang berkiprah di Riau, saya tentu pernah juga beberapa kali ke Bengkalis, demikian pula si Mama. Tapi tidak demikian dengan anak-anak; karena berbagai sebab masih banyak daerah pedalaman Riau yang belum pernah mereka lihat, diantaranya Bengkalis yang disebut juga Negeri Junjungan dimana dlam sejarahnya terkenal Laksmana Raja Di Laut seperti dalam lagu zapin itu. Lagi pula, Bengkalis adalah kampung Puput (dalam gambar yang di kanan) sohibnya Dinda di sekolah dan untuk kesana pun cukup mudah dan nyaman sehingga layak untuk the B.

Kabupaten Bengkalis terletak di pesisir Timur Provinsi Riau yang sebagian wilayahnya merupakan daratan Sumatera dan lainnya berupa-pulau endapan bertanah lunak atau gambut. Kabupaten ini menghasilkan sebagian besar minyak bumi Riau, disamping kaya akan hasil bumi seperti kelapa sawit, karet, kelapa, sagu, kayu, dan sebagainya. Dari kekayaan alam itu Bengkalis jadi kabupaten terkaya di Riau dan urutan kedua di Indonesia setelah Kabupaten Kutai Kertanegara. APBDnya dalam beberapa tahun terakhir ini sekitar tiga perempat APBD Provinsi Riau yang hanya sekitar Rp 4,3 triliun.

Tidak heran kalau Bengkalis bisa membangun berbagai kepentingan daerahnya dengan agak leluasa. Bengkalis yang dulunya kota yang sangat kecil untuk ukuran di Pulau Jawa, sekarang menjelma menjadi kota yang bagus, bersih, menunjukkan kemajuan yang signifikan meskipun berada di sebuah pulau yang tanahnya lunak dan tidak punya sumber material konstruksi. Untuk melihat kemajuan inilah yang juga mendorong the B mengepak perlengkapan masing-masing.

Perjalanan ke sana kami pilih dengan speedboat mengikuti flow awam serta tanpa menunjukkan seragam donker abu-abu korps perhubungan saya. Turun dari pelabuhan penumpang Sungai Duku, Pekanbaru, speedboat kapasitas 50 orang yang bagus dan bersih itu menghiliri Sungai Siak sekitar 2,5 jam; melewati Perawang (lokasi salah satu pabrik pulp & paper terbesar di dunia), Buatan (dulu pelabuhan minyak Stanvac), Siak Sri Indrapura (bekas kerajaan Siak dengan raja terakhir adalah pahlawan Sultan Syarif Kasim II yang dengan sukarela tidak melanjutkan pemerintahan ketika kemerdekaan dan bergabung dengan NKRI), Sungai Apit (permukiman terakhir di hilir sungai), dan Sungai Pakning (lokasi kilang Pertamina dan feri roro untuk menyeberang ke Pulau Bengkalis). Dari Sungai Pakning yang sudah di luar muara sungai menyeberang selat sekitar 30 menit. Meskipun kami dapat seat di bagian depan, dengan cuaca yang tenang pagi itu perjalanan sangat nyaman dan lancar.

Tentang tempat duduk di boat ini memang harus jadi perhatian, terutama jika bepergian dengan yang pencemas, balita, atau yang tidak bisa berenang. Karena ingin menghormati the B, mamanya Puput yang sudah sangat akrab dengan orang loket pelabuhan, mereservasikan tiket dengan tempat duduk di depan. Padahal untuk speedboat, apalagi yang akan menyeberangi laut dengan gelombang yang agak besar, sebaiknya duduk di bagian belakang supaya goncangannya lebih kecil. Alhamdulillah, sebagai orang awam tanpa fasilitas khusus kami semua mendarat di Bengkalis dengan aman dan sesuai skedul langsung ke hotel yang sudah kami pesan sebelumnya.

Hotel di Bengkalis hanya ada dua yang memadai, sesuai dengan ukuran kota kecil di kabupaten. Ketika masuk kamar, anak-anak saya seperti biasa langsung melakukan inspeksi ke kamar mandi. Karena memang kelihatan kurang terawat dan ada bau kecoak, hampir serentak anggota the B ini menanyakan apa ada hotel atau kamar yang lain. Setelah tahu kamar lain juga kurang lebih sama dan hotel lain lebih jelek maka komplen berubah jadi rasa syukur. Sementara si gadis kecil dan mamanya istirahat di hotel, para jawara the B pun keluar lagi untuk pergi jumatan di Masjid Istiqomah (Peta dan Foto Pelabuhan Sri Laksamana dari internet).

1 komentar: