31 Oktober 2008

Danau Maninjau: An Unforgetable Beauty of Nature

“Ranah Minang adalah tanah dimana kasih sayang Allah tumpah,” demikian keyakinan banyak orang di Sumatera Barat. Betapa tidak, orang-orangnya pintar dan kreatif sejak dahulu; alamnya yang berada pada gugusan Bukit Barisan di pantai Barat Sumatera indah dan subur, banyak tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi. Ditambah dengan kedekatan budaya dan daya tarik kulinernya, wajar jika Sumatera Barat menjadi salah satu tujuan wisata orang Riau.

Beberapa waktu lalu, the Backpackers (the B) mengulangi kunjungan ke Maninjau dan Bukittinggi. Kedua daerah ini sudah baberapa kali kami kunjungi ketika empat anggota the B masih kecil sehingga kunjungan kali ini merupakan sebagian dari napak tilas dan mencoba melihat sisi lain yang ada di sekitarnya. Dengan menggunakan sebuah van yang kami kendarai sendiri, perjalanan yang dimulai ba’da Ashar langsung menuju ke Maninjau.

Nuansa positif dari perjalanan kami pertama sekali terasa ketika berhenti untuk sholat maghrib di sebuah masjid di daerah waduk Koto Panjang. Masjid itu cukup besar, terpelihara, dan bersih kamar mandi/WCnya, tanpa ada petugas masjid yang menyodor-nyodorkan kotak sumbangan. Mungkin selain karena faktor lokasi yang tepat dan luas, hal-hal tersebut menyebabkan para pelintas banyak yang mampir yang dengan sendirinya tentu banyak pula yang menyambangi kotak wakaf.

Satu hal yang kurang nyaman adalah kondisi jalan yang tidak begitu mulus, berbelok-belok dengan tanjakan dan penurunan di daerah perbukitan. Kebanyakan the B memilih tidur untuk menghindarkan rasa mual dan memang tidak banyak yang dapat dilihat dalam kegelapan malam. Kemacetan di daerah bottle neck Kelok Sembilan terobati melihat lampu-lampu kendaraan di jalan yang bertingkat-tingkat dan berkelok-kelok itu. Di daerah tanjakan itu sekarang sedang dibangun flyover untuk mengurangi derajad kecuraman jalannya. Selain itu, bayangan daerah tujuan yang tetap membuat semangat.


Sekitar pukul 23.00 kami sampai di resort Nuansa Maninjau yang sudah kami pesan untuk istirahat. Resort itu terletak persis di ketinggian sebelum menurun ke Danau Maninjau. Waktu siang hari, panorama dari resort yang sejuk itu ke arah danau sangat indah. Menyaksikan segala kebesaran Allah itu menyadarkan betapa kecilnya kita sebagai makhluk citaanNya. Kemudian pagi itu, The B yang yunior memanfaatkan itu untuk berenang dan berendam airpanas.

Siangnya kami menuruni jalan Kelok 44 menuju ke Danau Maninjau yang terlihat cool dan penuh misteri itu. Kecuali yang menyetir kendaraan, the B menikmati panorama yang indah di sepanjang turunan yang berkelok-kelok sebanyak 44 kali itu. Yang luar biasa adalah di daerah itu nampaknya masyarakat sangat memperhatikan kelestarian lingkungan alam yang menjadi benteng keterjalan kontur muka bumi. Pepohonan sangat rindang dan masih banyak kera hutan yang berkeliaran di pinggir jalan.

Danau Maninjau yang berjarak 140 Km dari Padang (36 Km dari Bukittinggi) ini alamnya menakjubkan dan subur; merupakan bekas letusan gunung api yang diduga terjadi 52 ribu tahun lalu. Danau vulkanik ini panjangnya 16 Km dengan lebar 7 Km atau dengan luas 99,5 Km persegi dan kedalaman mencapai 165 meter pada ketingian 461,5 meter di atas muka laut. Dengan kedalaman rata-rata 102 meter, danau yang banyak ditumbuhi ganggang dan airnya sejuk ini dimanfaatkan penduduk untuk melakukan kegiatan perikanan tangkap atau keramba.
Karena kami sudah pernah sampai di daerah danau dan perut masih kenyang, maka kami melanjutkan perjalanan sejauh 15 Km menyusuri pinggir danau yaitu desa Molek yang merupakan tempat kelahiran Buya Hamka.

(Sumber foto: pustaka.pu.go.id/detail.asp?module=1&id=80, www.visiting-place.blogspot.com/2008_04_01_ar..., www.pbase.com/markeast/image/68096731, indahnesia.com/picture/SBA/002/image.php)

8 komentar:

  1. Wah jadi kepingin pulang kampung lagi nih Pak. Padahal daerah-daerah tersebut sudah sering di lalui, tapi tak pernah ditulis untuk bisa berbagi cerita dan dibaca lagi. Salut deh pada Bapak. Jadi terinspirasi untuk memulai menulis juga dan menyalurkan hobi fotografinya ya Pak.

    BalasHapus
  2. kang apa abang ya..
    bang faizal..waktu lebaran ke medan pake jalur darat
    tapi karena pengen cepat gak jadi lewat danau maninjau. padahal dah dirancang mau beli bilis dikirim ke bandung langsung terus foto2
    mudah2 an kesempatan lain bisa ke sana juga, aamin.

    haturnuhun,
    irma

    BalasHapus
  3. Fivi, terimakasih sudah mampir ke blog saya. Di Sumbar memang banyak keindahan alam yang membuat kita makin mengagumi kebesarannya. Membaca, menulis, dan bicara/pidato kan untuk mengasah kepala kita supaya aktif dan lebih berbobot. Ayo, Fivi juga nulis supaya kepintarannya bisa dirasakan juga oleh orang lain. Kalau fotonya sebagian dari internet karena waktu pergi dulu belum bikin blog ini, jadi ngambil fotonya seadanya.

    BalasHapus
  4. Irma, sayang sekali ga sempat ke Maninjau ya. Mudah2an lain kali tercapai keinginannya untuk berfoto di sana dan beli "ikan bilih". Bisa juga suatu kali kita kumpul rame2 di Pekanbaru atau Bukittinggi terus jelajahi daerah sekitarnya. Hatur nuhun atos ngalangkung...

    BalasHapus
  5. tks, mudah2an anda bisa sampai ke Maninjau, yg pertama atau pengulangannya.

    BalasHapus
  6. jadi ingat kampung terus
    desember lalu balik ke padang
    tak sempat main ke maninjau
    dah lama sekali tak kesana

    minang kabau memang indah
    ranah yang sulit dilupakan oleh orang rantau
    thank artikelnya pak

    salam kenal

    BalasHapus
  7. Salam kenal kembali. Alhamdulillah jika tulisan itu manfaat.

    BalasHapus